Penggembleng santri dalam
Membaca Arab Gundul
Pondok Pesantren Darul Falah
terletak di desa Sidorejo Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Tepatnya di desa Sidorejo RT 03/12 Bangsri, kira-kira 20
km sebelah utara kota Jepara. Secara geografis, keberadaan pondok masuk dalam
jalur jalan raya Jepara – Pati.
Sejarah pendirian pondok pesantren
dimulai sejak tahun 1996. Ketika
lulus dari Pesantren Maslakul Huda di pati, Jawa Tengah pada 1995,
Taufiqul Hakim merintis cita-citanya, mendirikan pesantren. Sebuah gubug
36 meter persegi di desanya ia jadikan pesantren sederhana. Taufiqul Hakim
memberi nama pondoknya dengan nama Darul Falah, “ Rumah Keberuntungan”.
Penamaan Darul Falah diilhami dari latar belakang kondisi di desanya. Dar
artinya rumah, di mana untuk mengenang rumah dia yang roboh dan desanya yang
rusak penuh judi dan lokalisasi. Sedangkan falah artinya beruntung yang
diambilkan dari nama pesantrennya dulu, Matholiul Falah.
Pada awalnya santrinya hanya empat orang. Empat orang tersebut adalah teman seangkatannya dari Kajen Pati yang kebetulan belum mahir membaca Arab gundul. Kemudian disusul anak-anak disekitar desanya. Kebetulan waktu itu Taufiqul Hakim belum punya tempat untuk menempatkan para santrinya. Akhirnya dia meminjam rumah sebelahnya untuk ditinggali oleh para santri. Setelah itu, majlis taklim sudah diikuti oleh 100-an anak.
Namun, hasrat Kiai Taufiqul Hakim
untuk menuntut ilmu tidak bias terbendung.
Maka ia memutuskan untuk nyantri ke Pondok Pesantren yang berada di
Klaten. Di sana dia berguru thoriqoh kepada KH. Salman Dahlawi.
Selama 100 hari dia diberi anugerah Allah bisa menghatamkan thoriqoh yang
mestinya harus ditempuh sampai 5 tahun.
Setelah selesai mondok di Klaten,
namun ia mendapati pondoknya yang dirintisnya dulu telah bubar. Hanya
menyisakan satu orang yang masih ada, Sodiqin yang adalah keponakannya.
Rintisan pondoknya dimulai lagi
dari nol dengan mengajarkan ngaji yang sederhana. Beberapa kali ada kejadian yang tidak disengaja, waktu
itu ada tetangga yang sakit, bergegaslah K. Taufiqul hakim mencoba mengobati
dengan cara membacakan ayat kursi. Kemudian orang tersebut langsung sembuh.
Sejak saat itu anak-anak mulai berdatangan untuk belajar agama kembali dan
banyak tamu-tamu berdatangan untuk berobat.
Seiring dengan berjalannya waktu,
semakin banyak santri yang ingin mengunduh ilmu dari Taufiqul Hakim ini.
System Pesantren
Sekarang ini seluruh santrinya sudah mencapai 1000 orang lebih. Santrinya berasal dari seluruh Indonesia dan luar negeri. Sebut saja dari pulau jawa, Kalimantan, sumatera, Sulawesi, Bengkulu, Irian. Yang dari luar negeri ada dari Malaysia, Bangladesh, India, Singapura.
Kurikulum
Materi wajib yang diberikan kepada santrinya adalah belajar Amtsilaty, metode nahwu-shorof dalam membaca arabb gundul. Bagi santri alumnus program Amtsilaty, yang masih dalam usia sekolah, pesantren juga menawarkan program pasca-Amtsilaty, yang bermaterikan pendalaman ilmu fiqh, hadits, tafsir, dan tasawwuf. Program ini digabung dengan sekolah formal terpadu tingkat SMP dan SMK.
Program Kilatan
Bagi murid yang rajin dan mempunyai kemampuan yang lebih, satu pekt Amtsilaty akan selesai dalam waktu tiga sampai empat bulan. Adapun bagi murid dengan kemampuan menengah, metode ini diharapkan akan selesai dalam waktu lima sampai enam bulan. Sedangkan murid-murid yang agak lamban, akan tetap selesai meski dengan waktu yang relative lama.
Saat ini pesantren darul falah,
selain santri reguler, ada juga santri-santri kilat, yang biasanya terdiri
para ustadz dari berbagai daerah yang ingin mengikuti tutorial pengajaran
Amtsilaty. Durasi belajar santri kilat ini
bermacam-macam. Ada yang seminggu, ada yang sebulan, ada yang tiga bulan, ada
juga yang mengambil paket penuh dengan durasi enam bulan.
Prosesi Khataman
Suatu siang di halaman di halaman pesantren darul falah. Hadirin dibuat terkesima saat belasan anak menunjukkan kemampuan mereka dalam membaca kitab klasik yang ditulis dalam huruf arab gundul. Tak hanya membaca, anak-anak belia itu juga mampu memberi alasan mengapa tulisan gundul itu dibaca begini-begitu, dengan dalil-dalil dari nadham kitab Alfiyyah Ibnu Malik, salah satu kitab standar gramatika Arab tinkaty lanjut.
Untuk membuktikan bahwa para
santri ini benar-benar menguasai pembacaan nahwu-shorof, salah seorang kiai
yang sejak awal memandu acara mempersilakan hadirin menulis kalimat bahasa
Arab tanpa diberi harakat atau tanda baca. Lalu sang kiai memilih tiga santri
yang paling kecil untuk membaca tulisan tersebut.
Dengan dibantu kamus al munawwir
mereka mengartikan dan menjelaskan maksud kalimat tersebut dengan sangat
baik. Tak pelak, kemahiran bocah-bocah itu membuat hadirin terharu
meneteskan air mata.
Demikianlah suasana khataman dan
wisuda Amtsilaty, sebuah metode belajar membaca kitab kuning berdurasi enam
bulan.
Dengan system belajar konvensional
yang biasa dipakai diberbagai pesantren, umumnya seorang santri baru bias
menguasai nahwu dan sharaf setelah mondok tiga sampai enam tahun. Tidak
mengherankan jika belajar ilmu nahwu dan sharaf nyaris menjadi momok bagi
sebagian santri, terutama tingkat pemula.
Ilmu nahwu dah shorof adalah ilmu
alat dan kunci untuk memahami khazanah keilmuwan islam yang mayoritas ditulis
dalam bahasa arab gundul. jika
untuk menguasai ilmu alatnya saja dibutuhkan waktu bertahun-tahun, bias
dibayangkan betapa banyaknya waktu dan kesempatan untuk menggali khasanah islam.
Namun dengan metode Amtsilaty yang
mematok target enam bulan waktu pembelajaran, para santri kini bisa lebih
awal dan mempunyai lebih banyak waktu lagi menyelami samudera ilmu keislaman.
Dan kehadiran Amtsilaty bagi para santri pun terasa bak oase di padang
gersang; segar dan menyejukkan.
Sistem Keamanan
Bahwa system keamanan ada dua yang terdiri dari system keamanan dalam dan keamanan luar, keamanan dalam dari pengurus pondok sendiri dan keamanan luar dari masyarakat sekitar.
Tentang keuangan pesantren; anak
tidak diperbolehkan membawa uang yang melebihi target. Semua keuangan
ditabung di bendahara. Adapun manfaatnya adalah:
a. melatih anak disiplin dan hemat b. menjaga keamanan c. agar tidak ada kebiasaan hutang dan mencuri
Majlis Ta’lim
Pondok Pesantren Darul Falah juga membuka majlis taklim. Yaitu pengajian rutinan yang diadakan setiap hari selasa danterbuka untuk umum. Waktunya pagi mulai jam 5 pagi sampai jam enam. Pengajian majlis taklim ini dimulai kira-kira tahun 2002 dan diikuti oleh kalangan santri dan masyarakat sekitar. Sampai sekarang ini, kira-kira sudah ada 1500 jamaah yang mengikuti setia pengajian tasawuf. Dan selama ini kitab pegangannya adalah tafsir al mubarok karangan Taufiqul Hakim sendiri.
Pendidikan Formal
sekarang ini, pondok pesantren sudah memiliki jalur sekolah formal. Sekolah tersebut adalah SMP dan SMK. Dan sekolah ini dikhususkan bagi para santri yang selama ini sudah mencapai 800 orang. Bagi masyarakat sekitar yang ingin masuk sekolah SMP atau SMK harus menjadi santri dulu.
Rencana ke Depan
Mendirikan pusat pelayanan kesehatan masyarakat, dengan bentuk Rumah Sakit Islam.
*ditulis oleh : Mulyadi, Alumnus PP Nurul
Ummah Prenggan Kotagede Jogkarta
|